Jumat, 26 Oktober 2007

curhat-3

Bulan Oktober...adalah bulan penuh gejolak dan dinamika..antara cinta sejati yang ditelantarkan..antara cinta suci yang sedang diperjuangkan..antara cinta kemanusiaan yang dijaga dalam bingkai mempertahankan adat budaya bangsa, di tengah perang ideologi, penjajahan budaya dan ideologi keyakinan yang sudah sekian lama mengerak dalam pola pikir nurani bangsa ini. Sehingga tidak bisa lagi membedakan mana perjuangan cara-ciri kebangsaan sebagai kewajiban kodrat dari Tuhan mana politik idoelogi yang terus sedang melanda bangsa ini. Kadang cinta sejati anak manusia harus menjadi korban dari keegoisan dan kefanatikan keyakinan yang hanya tidak dilihat secara makro dan universal. Memang tidak ada kata paksaan dalam perjuanganku ini. Memang tidak ada kata kekerasan dalam perjuangan tegaknya Pncasila di IndonesiaKu. Memang tidak ada kata menyesal dan mengeluh untuk suatu cita-cita nan luhur untuk sejajar di mata bangsa-bangsa dunia. Memang pula tidak ada kata menyerah manakala selalu mendapat halanan dan rintangan baik secara personal mapun komunal. Tapi..ada kalanya sebagai manusia biasa..ada kerinduan akan belaian mesra insan sang dewi pelindung kemurnian hati ini. Ada kalanya lelah untuk sejenak bersandar menunduk dan terpaku dalam dekapan mesra kasih sang buaian kalbu. Ada kalanya rindu akan senandung puisi dan lagu syahdu dari mulut Sang pujangga Cinta. Kadang adakalanya..berat menahan beban yang tidak bisa diukur dengan timbangan duniawi ini. Ini adalah pilihan hidup dan panggilan jiwa..aku harus tetap berjalan..berjalan dan terus berjalan.. menapaki jalan kehidupan yang penuh liku dan jurang dan badai prahara. Aku belajar menjadi seorang berjiwa Ksatria meski mungkin aku bukanlah seorang Kesatria. Aku selalu belajar menjadi seorang pejuang meski mungkin aku hanyalah pecundang atau yang dipecundangi. Aku akan selalu belajar tersenyum dan tabah dalam setiap godaan, cobaan, cercaan, hinaan, fitnahan dan ancaman hidup ini meski aku bukan Sang Gandhi, Madam Theresia, dan orang-orang berjiwa besar lainnya. Hidupku hanya untuk kebaikan. Hidupku hanya untuk kebahagian orang lain. Hidupku hanya untuk berbakti atas kasih Tuhan. selama nafas dan jantung ini menemani aliran darah di nadiku. Selamat tinggal kasih-kasih suci yang pernah kumiliki...biarkan airmata bathin ini menjadi samudera ketabahan sedalam-dalamnya nuraniku dan seluas-luasnya samudra kesabaran jiwaku dalam bumi ragaku yang mungil ini.