Rabu, 26 Maret 2008

Panca Indera Pintu Kehidupan



Mata ini adalah pintu
Dan hati ini adalah Tuan rumah
Dan perasaan adalah sejumlah keluarga
yang bermacam karakter

Telinga ini adalah pintu
yang setiap saat bisa terbuka dan tertutup
menerima dan mendengar setiap kisah hidup
dan sekaligus menutup
untuk setiap lembaran cerita hidup masa lalu

Mulut ini adalah pintu
Siapa yang yang mengunci dan terkunci
tidak akan pernah kita atau dia tahu

Hidung ini adalah pintu
Untuk membuka dan membuang gelisah dan desah
terbuka dan tertutup atas semua galau
yang nampak dan terasa

Kulit ini adalah pintu
Siapapun bisa teraba dan masuk
dan berjiwa di dalamnya
tapi kemudian akan mati dan tertutup
dalam sejatinya jiwa dan raga

Panca indera ini adalah pintu
yang akan menampakan dunia dengan segala sandiwaranya
dan akan usai saat sang pintu waktu tertutup

Apalah artinya tatapan kalau rasa itu selalu tertutup
Apalah artinya bicara kalau asa itu tak pernah terbuka
Apalah artinya mendengar kalau hati itu tidak pernah terbuka
Apalah artinya mencium kalau wangi kasih tersumbat
Apalah artinya membelai kalau ragamu tak pernah berbuat

Janganlah ingkari suara hati dan pikiranmu
Jangan kau kunci raga dan jiwamu
Janganlah menjadi mereka yang "menatap untuk menutup"

I.I. - Cibiru,Maret '08

Senin, 03 Maret 2008

Memahami Sunda Wiwitan-1

Sunda Wiwitan adalah penamaan bagi keyakinan atau sistem keyakinan masyarakat asli Sunda. meski penamaan itu tidak muncul oleh komunitas penganut Sunda Wiwitan, tetapi kemudian istilah itu dilekatkan pada beberapa komunitas dan individu Sunda yang secara kukuh mempertahankan budaya spiritual dan tuntunan ajaran leluhur Sunda. Masyarakat Kanekes, Kasepuhan Banten Kidul (Ciptagelar) dan Masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) di Cigugur Kuningan adalah beberapa komunitas yang masih memegang teguh ajaran-ajaran Sunda Wiwitan ini. Secara administratif untuk membedakan seseorang atau warga komunitas yang memeluk keyakinan Sunda Wiwitan ini, biasanya dalam kolom agama dalam KTP (Kartu Tanpa Penduduk) tidak mencantumkan agama semit atau "impor" atau luar negeri (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dsb). biasanya kolom agama mereka kosongkan atau terdapat tanda (-) atau ada yang ditulis (tulis tangan atau diketik) Sunda Wiwitan saja. Jadi jangan terkecoh oleh mereka atau siapapu yang mengaku Sunda Wiwitan sementara dalam kolom agama dalam KTPnya masih ada ketikan nama agama "luar" (bisa jadi mereka hanya pengakuan saja).
Selanjutnya, kondisi keyakinan Sunda Wiwitan dengan ciri administratif pada KTP itu sama halnya dengan mereka yang mengaku "agama-agama adat" nusantara seperti parmalim, pelebegu, kaharingan, kejawen, aluk ta dolo dsb. Kondisi seperti ini karena negara masih "pilih kasih" dalam perlakuan administratif kenegaraan. padahal sebelum adanya agama-agama "luar", agama Sunda Wiwitan sudah ada. Bahkan Sunda Wiwitan seolah tidak berhak menyandang "gelar" atau titel "agama" karena konsep agama hanya berlaku bagi "agama-agama luar". Sunda Wiwitan sering dikategorikan sebagai kepercayaan atau aliran kepercayaan, bahkan tidak jarang yang menilai sebagai aliran sesat oleh kaum agamawan.
Agama Sunda Wiwitan tidak pernah dan memang tidak melakukan propaganda agama atau syiar atau missionaris, karena memang "bukan agama misi". bahkan sesungguhnya tidak mudah orang mengaku atau memeluk keyakinan Sunda Wiwitan. Karena agama ini hanya khusus bagi mereka yang jelas keturunannya secara genealogis Sunda.
Penganut Sunda Wiwitan tidak memandang jelek kepada agama lain, bahkan tidak merasa sebagai saingan kompetisi penyebaran, karena sebagaimana tadi dikemukakan bahwa agama Sunda Wiwitan tidak diperuntukan bagi mereka selain jelas ada keturunan "darah Sunda". hal ini mengingat dalam ajaran Sunda Wiwitan memahami bahwa setiap umat manusia yang berbangsa-bangsa dan bersukubangsa di muka bumi ini memiliki agama dan kepercayaannya masing-masing. mereka sendiri berpendapat bahwa jangankan kepikiran untuk mengajak orang lain menganut agama seperti mereka, karena mereka sendiri pun sebagai penganut keyakinan Sunda Wiwitan belum tentu sanggup secara sungguh-sungguh menjalankan keyakinan agamanya tersebut.
sebagai agama leluhur, sesungguhnya agama Sunda wiwitan sama saja dengan agama-agama "luar" juga yang merupakan agama leluhur, karena setiap agama di dunia ini diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Maka dari itu dalam agama Sunda Wiwitan sangat menekankan untuk selalu menghormat dan mendoakan leluhurnya sebagai cikal bakal adanya generasi Sunda Wiwitan masa sekarang dan ke depan. Selain itu agama Sunda Wiwitan menekankan untuk menjaga ligkungan alam beserta isinya, tidak sembarangan dalam memanfaatkan kekayaan alam baik flora, fauna dan barang-barang fosil. Karena merusak alam adalah juga merusak ajaran Sunda Wiwitan atau melanggar pada ajaran. (jadi jelas kerusakan alam akhir-akhir ini bukan disebabkan oleh orag-orang penganut Sunda Wiwitan). Tentunya siapa yang menebar angin, maka dialah yang akan menuai badai.